Oleh: Hasman Umuri, S.IP.,M.Si (Akademisi)
OPINI – Idealisme dalam politik, terutama di kalangan anak muda, merupakan elemen penting dalam menciptakan perubahan yang positif dan berkelanjutan. Anak muda sering dianggap sebagai agen perubahan karena mereka membawa semangat baru, visi segar, dan keberanian untuk menantang status quo. Namun, dalam dunia politik yang keras dan penuh kepentingan, idealisme sering kali berbenturan dengan realitas.
Banyak politisi muda yang awalnya memiliki niat baik, tetapi kemudian terjebak dalam sistem yang korup. Jika mereka mulai menghalalkan segala cara demi kepentingan pribadi atau kelompok, maka politik kehilangan makna sejatinya dan berubah menjadi ajang perebutan kekuasaan yang penuh intrik serta manipulasi.
Ketika moralitas tidak lagi menjadi dasar dalam berpolitik, kepercayaan publik terhadap sistem politik akan hancur. Jika anak muda sebagai harapan bangsa sudah kehilangan idealismenya, maka masa depan politik akan semakin suram. Kita akan melihat lebih banyak kasus korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan yang semakin merajalela. Padahal, politik yang sehat membutuhkan nilai-nilai moral yang kuat.
Idealisme bukanlah sesuatu yang naif, melainkan landasan untuk membangun kebijakan yang berpihak pada rakyat. Memang, kompromi dalam politik tidak bisa dihindari, tetapi prinsip moral tetap harus menjadi panduan dalam pengambilan keputusan.
Sejarah telah membuktikan bahwa banyak pemimpin besar lahir dari idealisme yang kuat. Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, dan Soekarno adalah contoh nyata tokoh yang tetap teguh pada prinsip mereka meskipun menghadapi tekanan dan tantangan besar. Namun, di era modern ini, anak muda menghadapi tantangan yang lebih kompleks dalam mempertahankan idealisme mereka.
Pengaruh media sosial, tekanan ekonomi, serta budaya pragmatis dalam politik sering kali menggoda mereka untuk mengambil jalan pintas demi meraih kekuasaan. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan idealisme anak muda. Sistem pendidikan yang baik harus mampu menanamkan nilai-nilai moral, pemikiran kritis, dan kepekaan sosial agar mereka tetap memiliki komitmen terhadap perubahan yang positif.
Kesadaran politik juga perlu ditanamkan sejak dini agar anak muda tidak mudah terjebak dalam praktik politik yang kotor. Dengan pemahaman yang baik, mereka dapat membangun gerakan politik yang lebih etis dan progresif. Selain itu, masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk mengawasi dan mendukung politisi muda yang masih memiliki idealisme.
Jika publik terus membiarkan praktik politik kotor terjadi, maka politisi muda pun akan semakin tergoda untuk mengikuti arus tersebut. Oleh karena itu, menjaga daya juang anak muda sangatlah penting agar mereka tidak mudah menyerah dan tetap berani melawan praktik politik yang korup.
Seorang politisi muda harus memahami bahwa politik bukanlah sekadar alat untuk mencapai kekuasaan, tetapi sarana untuk memperjuangkan kepentingan rakyat. Jika politik hanya dijadikan ajang memperkaya diri, maka ia telah mengkhianati amanah yang diberikan kepadanya.
Meskipun banyak tantangan, harapan terhadap generasi muda tetap ada. Banyak anak muda yang masih berjuang di jalur politik dengan penuh idealisme dan dedikasi. Mereka inilah yang akan menjadi pemimpin masa depan yang membawa perubahan positif.
Perubahan dalam politik dimulai dari kesadaran individu. Jika setiap orang memiliki keberanian untuk melawan praktik buruk dan menjaga integritas dalam berpolitik, maka sistem politik yang lebih bersih dan beretika dapat terwujud. Pernyataan bahwa lebih baik mengubur hidup-hidup anak muda yang kehilangan idealismenya memang terdengar ekstrem, tetapi memiliki makna mendalam.
Jika politik hanya menjadi ajang perebutan kekuasaan tanpa nilai moral, maka demokrasi dan keadilan akan terancam. Oleh karena itu, menjaga idealisme dalam politik bukanlah sesuatu yang naif, melainkan sebuah keharusan untuk masa depan yang lebih baik.