Opini – Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) merupakan salah satu problematika yang sulit diatasi di berbagai daerah. Di satu sisi, aktivitas ini memberikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat setempat, tetapi di sisi lain, dampak negatifnya terhadap lingkungan dan kesehatan yang sangat besar.
Menurut perspektif masyarakat sekitar, aktivitas PETI ini menjadi sumber mata pencaharian yang menjanjikan. Tidak bisa dipungkiri bahwa, pendapatan dari tambang emas ilegal sering kali lebih besar dibandingkan pekerjaan di sektor lain. Kebanyakan warga, terutama di wilayah pedesaan, tentu sangat menggantungkan hidup mereka pada aktivitas PETI untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, tambang ilegal acap kali dianggap sebagai solusi atas keterbatasan lapangan pekerjaan yang berstatus formal. Namun, manfaat ekonomi yang diperoleh bersifat jangka pendek. Sebagian besar keuntungan hanya dinikmati oleh segelintir orang, sementara masyarakat luas harus menanggung dampak negatifnya. Selain itu, tanpa regulasi yang jelas, hasil tambang sering kali dijual dengan harga rendah ke tengkulak, sehingga keuntungan maksimal justru dinikmati oleh pihak lain.
Dampak paling nyata dari PETI adalah kerusakan lingkungan yang tidak bisa dihindarkan. Para penambangan liar (tradisional) sering menggunakan bahan kimia berbahaya seperti merkuri dan sianida yang mencemari tanah serta sumber air. Hal ini dapat mengancam ekosistem, membahayakan kehidupan makhluk hidup, serta merusak keseimbangan lingkungan dalam jangka panjang. Dari kerusakan lingkungan, maka itulah yang disebut dengan deforestasi. Deforestasi ini menjadi masalah serius akibat PETI. Hutan yang seharusnya menjadi paru-paru dunia justru dibabat demi eksploitasi emas. Akibatnya, bencana alam seperti banjir dan tanah longsor sesekali terjadi, mengancam kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi pertambangan.
Selain deforestasi, aktivitas PETI ini berdampak buruk pada kesehatan masyarakat. Paparan merkuri dan bahan kimia lainnya dapat menyebabkan berbagai penyakit yang amat serius, seperti gangguan saraf, kelainan janin, dan penyakit pernapasan. Bahkan, penambang yang tidak menggunakan perlindungan memadai juga rentan mengalami kecelakaan kerja, mulai dari tertimbun longsoran tanah sampai keracunan bahan kimia. Lebih buruk lagi, pencemaran lingkungan yang diakibatkan PETI ini tidak hanya berdampak pada penambang, tetapi juga pada masyarakat sekitar yang kehidupan mereka bergantung atas sumber daya alam seperti sungai dan tanah.
Lantas, diperlukan solusi yang berkelanjutan dalam mengatasi PETI bukan perkara mudah, tetapi bukan berarti ini hal yang mustahil. Pemerintah harus bertindak tegas dengan meningkatkan pengawasan serta menindak pelaku usaha pertambangan ilegal. Sementara itu, solusi alternatif seperti pembukaan lapangan kerja yang lebih berkelanjutan, dan juga legalisasi tambang dengan regulasi ketat dapat menjadi langkah efektif untuk mengurangi praktik PETI. Terutama, sektor pendidikan dalam hal melakukan sosialisasi kepada masyarakat juga penting agar mereka memahami bahaya pertambangan ilegal. Pun kesadaran kolektif akan dampak negatif PETI dapat membantu mengurangi minat masyarakat untuk terlibat dalam aktivitas ini.
Dengan begitu, aktivitas PETI ini memang memberikan keuntungan ekonomi, namun efek negatifnya jauh lebih besar, terutama akan kerusakan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sehingganya, perlu adanya solusi jangka panjang yang tidak hanya menekan PETI, tetapi juga memberikan alternatif ekonomi yang lebih aman dan berkelanjutan bagi masyarakat. Jika tidak segera ditangani, maka aktivitas tambang ilegal ini akan terus menjadi ancaman yang merugikan generasi masa depan bangsa dan negara.
Penulis: Moh Irfandi Djumaati /Kader HMI Komisariat P. Pendidikan Cabang Pohuwato