Oleh: Dr. Muh. Sabir M., SE., M.Si (Akademisi)
Pasar Senggol merupakan salah satu bentuk ekonomi kerakyatan yang telah lama menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Sebagai pasar tradisional yang berkembang dalam berbagai bentuk, Pasar Senggol tidak hanya sekadar tempat transaksi, tetapi juga mencerminkan nilai sosial, budaya, dan ekonomi komunitas setempat.
Diberbagai daerah seperti di Gorontalo, pasar Senggol menjadi pusat aktivitas ekonomi yang melibatkan pedagang kecil, usaha mikro, serta konsumen dari berbagai lapisan masyarakat. Namun, seberapa efektif Pasar Senggol dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan seberapa besar perannya dalam ekonomi kerakyatan perlu dikaji secara mendalam.
Pasar Senggol memiliki peran strategis dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional, di mana menurut data menunjukkan bahwa UMKM menyumbang lebih dari 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) (Mastuti et al., 2023).
Pasar Senggol memberikan ruang bagi pelaku UMKM untuk menjual produk mereka dengan biaya operasional yang lebih rendah dibandingkan pusat perbelanjaan modern. Keberadaan Pasar Senggol sangat relevan sebagai platform yang memperkuat ekonomi lokal melalui perdagangan langsung antara produsen dan konsumen.
Pasar Senggol dalam perspektif budaya dan sosial memainkan peran penting dalam mempertahankan warisan budaya lokal. Misalnya, praktik thrifting di Pasar Senggol Pare-Pare tidak hanya menjadi pilihan ekonomi bagi masyarakat marginal, tetapi juga merupakan bagian dari identitas budaya dalam menghadapi tantangan ekonomi global (Hidayatullah et al., 2024). Hal ini menunjukkan bahwa Pasar Senggol bukan sekadar tempat perdagangan, tetapi juga wadah bagi praktik budaya yang mengakar dalam masyarakat.
Pasar Senggol jika di tinjau dari aspek pariwisata dan kuliner, memiliki kontribusi besar dalam meningkatkan daya tarik wisata lokal. Misalnya, keberadaan beragam makanan tradisional di Pasar Senggol di Tabanan dan Klungkung menjadi faktor utama yang menarik berbagai wisatawan (Ardiasa et al., 2025; Saskara & Sutrisnawati, 2024). Konsep dengan berbagai sajian kuliner khas daerah meningkatkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat setempat.
Oleh karena itu, integrasi antara ekonomi kerakyatan dan sektor pariwisata melalui pengembangan Pasar Senggol dapat menjadi strategi yang efektif dalam meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.
Meskipun Pasar Senggol memiliki banyak manfaat, tantangan juga muncul dalam pengelolaannya. Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan akses modal bagi pedagang kecil. Kurangnya akses ke permodalan menjadi hambatan utama dalam meningkatkan daya saing usaha kecil di Pasar Senggol (Liwaul, 2023; Utomo et al., 2024).
Kebijakan yang lebih mendukung, seperti penyediaan kredit mikro dengan bunga rendah dan pelatihan manajemen usaha bagi pedagang dapat meningkatkan efektivitas pasar senggol dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
Selain itu, efektivitas Pasar Senggol juga bergantung pada dukungan dari pemerintah daerah dalam hal regulasi dan infrastruktur. Rekayasa lalu lintas yang baik serta penyediaan fasilitas parkir yang memadai sangat penting untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dan daya tarik pasar (Suryanti et al., 2024).
Berdasarkan berbagai kajian dan aspek yang dijelaskan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan Pasar Senggol memiliki peran yang signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan mempertahankan nilai-nilai budaya lokal (local wisdom). Namun, efektivitasnya sangat bergantung pada dukungan pemerintah dalam hal kebijakan permodalan, pengelolaan infrastruktur, serta penguatan kapasitas pelaku usaha.
Pasar Senggol dengan penerapan strategi yang tepat dapat terus berkembang dan menjadi model ekonomi kerakyatan yang mampu bersaing di era modern saat ini.